Sunday 11 March 2012

Bekal Taqwa Generasi Muda Indonesia

Kali ini, kita bakalan ngomongin satu pembahasan penting dan juga urgent. Hahaha. Entah apa bedanya. Pembahasan kali ini singkat sih, memakai jurus poin-poin, biar mudah dimengerti. Yap. Sesuai judul yang di atas, kali ini, kita bakal ngebahas tentang bekal taqwa.

Pentingkah kita harus berbekal taqwa? Kalau boleh dibilang sih, lebih baik kamu gak makan setahun, tapi punya bekal taqwa, daripada makan enak tiap hari, tapi kagak punya sama sekali sifat taqwa.

Begitu yah? Iyah. Bekal taqwa merupakan bekal mutlak yang mesti dipersiapkan dan harus dimiliki oleh setiap generasi muda Islam kayak kamu.

Karena taqwa merupakan standar kemuliaan seseorang di sisi Alloh; taqwa merupakan sumber segala kebaikan dalam masyarakat; taqwa merupakan satu-satunya pencegah kerusakan dan kejahatan serta perbuatan dosa secara pribadi maupun umum; taqwa adalah pilar utama dalam pembinaan jiwa dan akhlaq seseorang dalam menghadapi fenomena kehidupan.

Nah, yang paling seru, tentu kehadiran taqwa dalam lini kehidupan kamu, bakalan menghadirkan segala keajaiban berikut:

* Rakus terhadap ilmu.
* Ketegaran dan keyakinan yang menghunjam kuat.
* Tawakal.
* Kesabaran dan keuletan.
* Zuhud di dunia.
* Mengutamakan akhirat (akhirat oriented).

Bagaimana meraihnya. Ada lima jalan yang masyhur, yang bisa digunakan. Di bawah ini akan dikemukakan tentang lima jalan yang bisa menumbuhsuburkan taqwa serta mengokohkannya di hidup kamu.

1. Mu‘ahadah (Mengingat Perjanjian)

Sering-sering saja jamu menyendiri dari kesibukan dunia atau keramaian manusia untuk melakukan instrospeksi kepada Allah seraya bertanya kepada dirinya, dengan pertanyaan sebagai berikut:

Wahai jiwaku, sesungguhnya kamu telah berjanji kepada Robbmu setiap saat ketika kamu sholat, hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.

Wahai jiwaku, itulah ikrarmu kepada Robbmu. Maka ini adalah janjimu yang harus kau penuhi. Jangan dilanggar tapi harus ditepati dengan konsekuen. Jadikanlah janji itu sebagai pengekang nafsumu. Dan ingatlah melanggar janji berarti menyingkap tabir neraka.

2. Muraqabah (Merasa diawasi oleh Allah)

Sebelum memulai suatu pekerjaan, hendaklah merasa bahwa apa yang hendak dikerjakan itu senantiasa diawasi oleh Allah. Oleh karena itu, apapun pekerjaan yang dilakukan harus senantiasa sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah dan untuk mencari keridhaan-Nya.

Macam-macam muraqabah ada empat macam. Apa itu? Ini dia:

* Muraqabah kepada Allah, dengan jalan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.
* Muraqabah dalam kemaksiatan, dengan taubat. Menyesali dan meninggalkan kemaksiatan secara total.
* Muraqabah dalam hal-hal yang mubah, dengan jalan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmat-Nya.
* Muraqabah dalam musibah, dengan ridha kepada ketentuan Allah serta memohon pertolongan kepada-Nya dengan penuh kesabaran.

3. Muhasabah (Introspeksi)

Dalam setiap melakukan pekerjaan atau amalan hendaklah dievaluasi apakah tujuan amalannya itu benar untuk mencari ridha Allah atau ada tendensi lain. Sudahkah sesuai dengan tuntunan syari‘at.

Waktu paling tepat untuk muhasabah ialah di saat kita hendak tidur. Oleh sebab itu perlu sekali untuk meluangkan waktu untuk bermuhasabah atas segala pekerjaan yang telah kita lakukan di siang hari.

4. Mu‘aqabah (Memberi sanksi atas kelalaian)

Apabila diketahui dalam muhasabah kita banyak melakukan kelalaian, maka di samping kita beristighfar kepada Allah, kita harus juga memberi sanksi atau hukuman kepada diri kita sendiri secara lebih mengesankan. Di sisi lain pula kita memberi pelajaran pada diri kita bahwa di akhirat nanti setiap kesalahan akan mendapat sanksi serupa. Ini akan memberi pengaruh positif pada jiwa kita.

Harus menjadi catatan bahwa sanksi tidak boleh hal-hal yang tidak diperkenankan oleh syariat semacam minum khamr dan semacamnya, hanya dikarenakan sebagai bentuk iqab atau sanksi karena melalaikan puasa Senin-Kamis, misalnya.

Para sahabat sering sekali memberi sanksi kepada dirinya apabila lalai. Sebagai contoh, Ibnu Umar karena terlambat takbir dalam sholat jamaah bersama Rosul, maka sebagai sanksinya ia menjual kebunnya dan hasilnya dibagi-bagikan kepada fakir dan miskin. Sahabat Hasan bin Hanan pernah melewati sebuah rumah yang selesai dibangun. Beliau berkata, “Kapan rumah ini dibangun?”

Lalu beliau menegur dirinya sendiri, “Mengapa kau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk dirimu. Akan kujatuhkan sanksi puasa selama satu tahun.”

5. Mujahadah (Bersungguh-sungguh)

Apabila seorang mukmin ditimpa kemalasan, suka bersenang-senang dan sering menunda pekerjaan, maka ia harus bangkit menerjang untuk menghilangkan segala sifat tersebut dengan sungguh-sungguh. Dirinya harus dipaksa dan ditekan untuk meraih gairah dan semangat dalam melaksanakan ketaatan kepada Alloh secara maksimal. Dengan demikian tindakan memaksa diri ini pada akhirnya akan menjadi kebiasaan yang bisa berjalan secara otomatis.

Nah, cukup sampai di sini dulu yah artikel taqwa kita. Semoga bermanfaat. Semoga makin bisa membuat kamu makin taqwa. Okay sahabat MudaTaqwa, sampai jumpa lagi di kesempatan lainnya. Tetaplah bertaqwa. Karena itu adalah sebaik-baik bekal ke akhirat. Fainna khairaz zadit taqwa. Sesungguhnya, kata Allah, sebaik-baik bekal adalah taqwa.

No comments:

Post a Comment